Sabtu, 23 November 2013

Penyesalan

| |

Hari itu adalah hari Rabu yag cerah. Namun, sebaliknya, hari itu menjadi hari yang menyebalkan bagi Nita.
“Nit, nanti sore kakakmu akan pulang,” kata ayahnya saat mereka sarapan bersama.
“Kamu contoh kakakmu itu, dia calon orang berhasil!” tambah ibunya.
Nita hanya menggumam tidak jelas menanggapi perkataan orang tuanya. Dia sangat kesal karena orang tuanya selalu membanding-bandingkan dia dengan kakaknya, Ivan, yang sekarang tengah menuntut ilmu di bidang kedokteran di salah satu universitas ternama di Indonesia.
Sorenya, seperti yang dikatakan orang tua Nita, Kak Ivan pulang. Saat itu, Nita sedang mengerjakan tugasnya membuat karya tulis yang akan dikumpulkan esoknya. Tiba-tiba, ponsel milik Nita berdering. Ternyata, Rina, teman dekat Nita, menelepon.
“Halo,” sapa Nita.
“Nit, temenin ke toko buku yuk! Aku mau cari buku pendamping matematika nih!”
“Ya deh, ketemu disana ya..”
Nita menghela nafas, ya, mungkin dia butuh istirahat sejenak dari tugasnya yang akhir-akhir ini membuatnya sibuk. Dia pun buru-buru berpamitan pada orang tuanya dan pergi ke toko buku. Tapi, karena terlalu buru-buru, Nita lupa mematikan laptopnya.
Saat Nita pulang dari toko buku, dia mendapati laptopnya telah dimatikan dan berada diatas meja belajarnya. Dia langsung beranjak ke depan meja belajarnya dan menyalakan laptopnya untuk menyelesaikan karya tulisnya. Namun, saat dia membuka folder tempat dia menyimpan tugasnya, folder itu tidak ada. Nita mulai panik dan mencari-cari di folder lain, tapi karya tulis itu tetap tidak ada.
Kak Ivan, yang kebetulan sedang lewat di depan kamar Nita, menengok ke dalam, dan penasaran melihat Nita panik.
“Ada apa Nit?” Kak Ivan bertanya.
“Tugasku hilang, Kak! Kakak tau nggak?”
“Tugas apa Nit?”
“Itu, karya tulis. Tadi sebelum aku pergi, tugasnya masih ada, tapi sekarang hilang!”
“Err, itu tadi nggak sengaja kehapus waktu kakak mau matiin laptop kamu..” jawab Kak Ivan dengan wajah bersalah.
Nita mendongak dan raut wajahnya berubah dari panik menjadi marah.
“Kehapus? Apa maksud kakak kehapus?” tanya Nita marah.
Kak Ivan hanya diam. Nita tersenyum sinis melihat tanggapan kakaknya itu.
“Oh, jadi sekarang kakak mau bikin aku nggak dapet nilai tugas ya? Setelah kakak jadi anak kebanggaan ayah dan ibu, sekarang kakak mau bikin nilaiku jelek gara-gara nggak ngumpulin tugas? Baik banget deh kakak ini!” sambil berkata begitu, Nita membanting pintu kamarnya tepat di depan Kak Ivan yang masih diam.
Sisa hari itu dihabiskan Nita untuk menangis. Dia menangis karena marah dan kesal. Tapi, tangisan itu tidak bisa bertahan lama, karena tak lama, Nita sudah tertidur dengan nyenyak.
Saat Nita bangun, dia menemukan tumpukan kertas-kertas yang berisi sebuah karya tulis yang diketik dengan rapi. Dia tersenyum dan memasukkan kertas-kertas tersebut ke dalam tas sekolahnya.
Hari itu Nita berangkat sekolah diantar oleh ayahnya, karena Kak Ivan masih tidur. Nita merasa kecewa, karena dia telah berniat untuk meminta maaf pada kakaknya itu, dan dia telah menyesali perbuatannya yang seenaknya menuduh orang lain.
Di sekolah, Rina menanyakan pada Nita kenapa Kak Ivan meneleponnya kemarin malam dan menanyakan karya tulis yang sedang dikerjakan Nita. Nita tertegun, kemudian dia tersenyum. Tekadnya untuk meminta maaf pada kakaknya semakin kuat.
Sepulang sekolah, Nita menunggu Kak Ivan menjemputnya dengan hati yang gembira. Dia ingin memperbaiki hubungannya dengan kakaknya itu.
Di sisi lain, Kak Ivan tengah dalam perjalanan menjemput Nita. Dia juga membawakan kue kesukaan Nita dan berharap Nita akan memaafkannya.
Namun, takdir berkata lain. Karena terlalu asyik memikirkan gagasan dia dan Nita bisa rukun kembali, Kak Ivan tidak begitu memperhatikan jalan. Alhasil, ada mobil berkecepatan tinggi yang datang dari arah lain dan menabraknya.
Di sekolahnya, Nita mulai tidak sabar menunggu dan terus memandang arlojinya. Hingga, tiba-tiba dia mendapat telepon dari ibunya yang mengatakan bahwa Kak Ivan mengalami kecelakaan dan sekarang sedang berada di rumah sakit dekat sekolahnya. Nita sangat syok mendengar perkataan ibunya, dia langsung berlari ke rumah sakit tersebut.
Sesampainya di kamar rumah sakit tempat Kak Ivan dirawat, Nita melihat kakanya itu terbaring lemah dengan sekujur tubuh penuh luka dan perban. Nita tak sanggup melihat kakaknya dalam keadaan seperti itu, namun dia tau, ini kesempatan terakhirnya untuk meminta maaf pada kakaknya, jika melihat keadaan kakaknya yang separah itu.
“Kakak! Kakak! Maafkan Nita, Kak! Ini semua salah Nita!” kata Nita sambil menangis tersedu-sedu disamping tempat tidur kakaknya.
Kak Ivan hanya tersenyum dan berkata pelan, “Kamu nggak salah kok, Nit.”
 “Kamu baik-baik ya Nit, jangan menyusahkan ayah dan ibu.” Tambah Kak Ivan.Tepat setelah mengatakannya, Kak Ivan menghembuskan nafas terakhirnya dan pergi meninggalkan dunia.
***

0 komentar:

go-top

Posting Komentar

Statistics

NYD. Diberdayakan oleh Blogger.
 
 

Ly-brary of my life | Diseñado por: Compartidísimo
Con imágenes de: Scrappingmar©

 
top