Hari
itu adalah hari Rabu yag cerah. Namun, sebaliknya, hari itu menjadi hari yang
menyebalkan bagi Nita.
“Nit,
nanti sore kakakmu akan pulang,” kata ayahnya saat mereka sarapan bersama.
“Kamu
contoh kakakmu itu, dia calon orang berhasil!” tambah ibunya.
Nita
hanya menggumam tidak jelas menanggapi perkataan orang tuanya. Dia sangat kesal
karena orang tuanya selalu membanding-bandingkan dia dengan kakaknya, Ivan,
yang sekarang tengah menuntut ilmu di bidang kedokteran di salah satu
universitas ternama di Indonesia.
Sorenya,
seperti yang dikatakan orang tua Nita, Kak Ivan pulang. Saat itu, Nita sedang
mengerjakan tugasnya membuat karya tulis yang akan dikumpulkan esoknya.
Tiba-tiba, ponsel milik Nita berdering. Ternyata, Rina, teman dekat Nita,
menelepon.
“Halo,”
sapa Nita.
“Nit,
temenin ke toko buku yuk! Aku mau cari buku pendamping matematika nih!”
“Ya
deh, ketemu disana ya..”
Nita
menghela nafas, ya, mungkin dia butuh istirahat sejenak dari tugasnya yang
akhir-akhir ini membuatnya sibuk. Dia pun buru-buru berpamitan pada orang
tuanya dan pergi ke toko buku. Tapi, karena terlalu buru-buru, Nita lupa
mematikan laptopnya.
Saat
Nita pulang dari toko buku, dia mendapati laptopnya telah dimatikan dan berada
diatas meja belajarnya. Dia langsung beranjak ke depan meja belajarnya dan
menyalakan laptopnya untuk menyelesaikan karya tulisnya. Namun, saat dia
membuka folder tempat dia menyimpan tugasnya, folder itu tidak ada. Nita mulai
panik dan mencari-cari di folder lain, tapi karya tulis itu tetap tidak ada.
Kak
Ivan, yang kebetulan sedang lewat di depan kamar Nita, menengok ke dalam, dan
penasaran melihat Nita panik.
“Ada
apa Nit?” Kak Ivan bertanya.
“Tugasku
hilang, Kak! Kakak tau nggak?”
“Tugas
apa Nit?”
“Itu,
karya tulis. Tadi sebelum aku pergi, tugasnya masih ada, tapi sekarang hilang!”
“Err,
itu tadi nggak sengaja kehapus waktu kakak mau matiin laptop kamu..” jawab Kak
Ivan dengan wajah bersalah.
Nita
mendongak dan raut wajahnya berubah dari panik menjadi marah.
“Kehapus?
Apa maksud kakak kehapus?” tanya Nita marah.
Kak
Ivan hanya diam. Nita tersenyum sinis melihat tanggapan kakaknya itu.
“Oh,
jadi sekarang kakak mau bikin aku nggak dapet nilai tugas ya? Setelah kakak
jadi anak kebanggaan ayah dan ibu, sekarang kakak mau bikin nilaiku jelek
gara-gara nggak ngumpulin tugas? Baik banget deh kakak ini!” sambil berkata
begitu, Nita membanting pintu kamarnya tepat di depan Kak Ivan yang masih diam.
Sisa
hari itu dihabiskan Nita untuk menangis. Dia menangis karena marah dan kesal.
Tapi, tangisan itu tidak bisa bertahan lama, karena tak lama, Nita sudah
tertidur dengan nyenyak.
Saat
Nita bangun, dia menemukan tumpukan kertas-kertas yang berisi sebuah karya
tulis yang diketik dengan rapi. Dia tersenyum dan memasukkan kertas-kertas
tersebut ke dalam tas sekolahnya.
Hari
itu Nita berangkat sekolah diantar oleh ayahnya, karena Kak Ivan masih tidur.
Nita merasa kecewa, karena dia telah berniat untuk meminta maaf pada kakaknya
itu, dan dia telah menyesali perbuatannya yang seenaknya menuduh orang lain.
Di
sekolah, Rina menanyakan pada Nita kenapa Kak Ivan meneleponnya kemarin malam
dan menanyakan karya tulis yang sedang dikerjakan Nita. Nita tertegun, kemudian
dia tersenyum. Tekadnya untuk meminta maaf pada kakaknya semakin kuat.
Sepulang
sekolah, Nita menunggu Kak Ivan menjemputnya dengan hati yang gembira. Dia
ingin memperbaiki hubungannya dengan kakaknya itu.
Di
sisi lain, Kak Ivan tengah dalam perjalanan menjemput Nita. Dia juga membawakan
kue kesukaan Nita dan berharap Nita akan memaafkannya.
Namun,
takdir berkata lain. Karena terlalu asyik memikirkan gagasan dia dan Nita bisa
rukun kembali, Kak Ivan tidak begitu memperhatikan jalan. Alhasil, ada mobil
berkecepatan tinggi yang datang dari arah lain dan menabraknya.
Di
sekolahnya, Nita mulai tidak sabar menunggu dan terus memandang arlojinya.
Hingga, tiba-tiba dia mendapat telepon dari ibunya yang mengatakan bahwa Kak
Ivan mengalami kecelakaan dan sekarang sedang berada di rumah sakit dekat
sekolahnya. Nita sangat syok mendengar perkataan ibunya, dia langsung berlari
ke rumah sakit tersebut.
Sesampainya
di kamar rumah sakit tempat Kak Ivan dirawat, Nita melihat kakanya itu
terbaring lemah dengan sekujur tubuh penuh luka dan perban. Nita tak sanggup
melihat kakaknya dalam keadaan seperti itu, namun dia tau, ini kesempatan
terakhirnya untuk meminta maaf pada kakaknya, jika melihat keadaan kakaknya
yang separah itu.
“Kakak!
Kakak! Maafkan Nita, Kak! Ini semua salah Nita!” kata Nita sambil menangis
tersedu-sedu disamping tempat tidur kakaknya.
Kak
Ivan hanya tersenyum dan berkata pelan, “Kamu nggak salah kok, Nit.”
“Kamu baik-baik ya Nit, jangan menyusahkan
ayah dan ibu.” Tambah Kak Ivan.Tepat setelah mengatakannya, Kak Ivan
menghembuskan nafas terakhirnya dan pergi meninggalkan dunia.
***